Selasa, 17 Desember 2013

SISTEM PENDIDIKAN YANG MENGHAKIMI

Ditulis oleh: Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE UI)

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”

“Dari Indonesia,” jawab saya.

Dia pun tersenyum.


BUDAYA MENGHUKUM

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.
“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya.
“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.
Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.
Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.
Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

***

Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.

Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.

Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.

Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.
Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”

Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

MELAHIRKAN KEHEBATAN

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.
Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti.

Semoga Bermanfaat.. :)

#DN_

Ayah

Empat anak siswa SD berbincang saat jam istirahat, tentang ayah mereka.

Edi : "Ayahku hebat. Ia pilot pesawat terbang. Tiap hari ayahku mengelilingi Indonesia dengan pesawatnya".
Andi : "Ayahku lebih hebat. Ia bisnis eksport import. Tiap hari ia mengurus bisnisnya ke berbagai negara, bukan hanya Indonesia".
Eko : "Ayahku lebih hebat. Ia bekerja di PBB. Tiap hari ia keliling dunia, bukan hanya ke berbagai negara".
Amin : "Ayahku lebih hebat lagi. Ia bekerja di sini saja, di SD ini, sebagai petugas kebersihan".
Edi, Andi dan Eko tertawa bersama. "Apanya yang hebat dari ayahmu, kalau ia hanya bekerja menjadi petugas kebersihan di sini?"
Amin : "Ayahku selalu ada untukku. Aku berangkat dan pulang sekolah bersama ayah. Waktu di rumah, aku bisa bermain bersama ayah. Di sekolah pun, aku selalu melihat ayahku bekerja. Aku senang di dekat ayah".

Amin sangat merasakan kehadiran ayah di dekatnya. Ia bangga memiliki ayah yang terus ada untuknya. Bukan ayah hebat yang tidak pernah di rumah. Bukan ayah hebat yang tidak pernah sempat mengantarkan anak ke sekolah. Bukan ayah hebat yang tidak pernah dirasakan kehadirannya oleh anak-anak, karena kesibukan kerja.

Tapi ayah hebat yang selalu dirasakan kehadirannya oleh anak-anak.....

Faktanya : Keinginan seorang anak itu simple, keberadaan Ayah dan Ibu nya lah, Hadiah terindah, jajanan terbaik untuk mereka.
Ringankan langkah kami ya Robb, agar kami bisa selalu ªϑª untukmu anak2 kami.

#Bunda_Itet

Kamis, 12 Desember 2013

REFRAMING (KBP - Reframing)

Apa sih “reframing” itu?

reframing itu mengganti label–menukar perspektif kita saat melihat perilaku/kejadian. Artinya, saat kita mendapati perilaku/kejadian yang membuat kita tidak berdaya, maka tugas kita adalah me-re-frame perilaku/kejadian tersebut sehingga kita menjadi berdaya. Didasarkan pada asumsi bahwa di balik setiap perilaku/kejadian terkandung maksud positif, reframing mengajak kita untuk keluar dari kerangka berpikir ‘masalah’ dan melompat ke dalam kerangka berpikir ‘solusi’ atau ‘tujuan/outcome’.

Nah, selaku orang linguistik, reframing ini tentu bukan merupakan hal yang baru lagi karena reframing merupakan salah satu teknik dalam NLP. Ada cukup banyak teknik reframing yang ditemukan oleh para pakar NLP, diantaranya adalah Sleight of Mouth Pattern atau Mind-Lines Pattern dalam Neuro-Semantic. Namun demikian, pada tulisan ini saya hanya akan membahas dua jenis reframing yang konon katanya paling dasar dan cukup ampuh untuk menjadikan kita senantiasa berada dalam kondisi positif, yakni context dan content reframing.

1. Context Reframing
Context reframing adalah membingkai kembali sebuah pengalaman akan perilaku/kejadian dengan mengubah konteksnya sehingga menimbulkan makna baru yang positif. Misalnya: “Ponakanku setiap hari main sepeda terus”. Context reframing-nya, “Bagus dong, berarti kalau ada lomba balap sepeda kemungkinan besar bakal menang”.

2. Content Reframing
Content (meaning) reframing adalah membingkai kembali isi dari sebuah pengalaman atas suatu perilaku/kejadian. Contohnya, “Saya paling tidak suka kerja kelompok dengan si A karena sulit diajak kerja cepat. Tidak sabar jadinya. Kemudian,content reframing-nya menjadi “bukankah itu artinya dia mengerjakan dengan hati-hati?!”

Oleh karena itu, saya mencoba me-re-frame pikiran saya yaitu “saya gagal” menjadi “saya tidak gagal, tetapi sedang dalam proses menuju kesuksesan”.
Seperti ngendikane Pak BJ Habibie, “pengalaman itu tidak bisa dipelajari tetapi harus dilalui”. Seperti kata eldest sista, “tidak ada pelaut ulung yang lahir dari laut yang damai”. Seperti yang telah ditulis Kartini dalam suratnya, “Habis malam terbitlah terang, habis badai datanglah damai, habis juang sampailah menang, habis duka tibalah suka…Tiada terang yang tiada didahului oleh gelap..mengendalikan diri adalah kemenangan jiwa atas tubuh kita, kesunyian adalah jalan ke arah pemikiran.” :)


Note reframing KBP :
https://www.facebook.com/notes/kita-belajar-psikologi/psikologi-reframing-kisah-karpet/360580867387956


#DN_ | @DeNudi_

Ibu adalah malaikat untuk anak-anaknya. Betulkah?

Di sebuah seminar parenting yang pernah saya hadiri (pesertanya sebagian besar ibu-ibu), fasilitator bertanya kepada kami, “Ibu-ibu, anak itu banyak meminta atau banyak memberi?” Tanpa dikomando, jawaban kompak kami bergema di seluruh ruangan, “Meminta…” Tiga kali fasilitator bertanya dan kami tetap bersikeras pada jawaban kami, anak-anak lebih banyak meminta. Kami diminta mengeluarkan hp, masuk kefolder foto, memilih foto anak kami, dan memandanginya lama-lama. Sejenak, seisi ruangan hening.

Fasilitator mulai bersuara lagi, “Bayangkan kalau wajah yang Anda pandangi di foto itu sedang sakit. Sakitnya parah. Sampai Anda harus melarikannya kerumah sakit. Ternyata, takdir tak berpihak pada kita. Anak anda dinyatakan…”Belum selesai ucapannya, suasana hening buyar dengan tangisan Ibu-ibu peserta tadi. Ah, kita semua terkecoh. Bukan kita malaikatnya. Merekalah malaikat-malaikat kecil yang dihadirkan di dunia untuk membawa kebahagiaan untuk orang-orang di sekitarnya. Jangankan membayangkan bila Tuhan mengambil kembali titipan terindahnya ini, melihat mereka sakit saja, nyawa rasanya sudah hilang separuh. Kalaupun ternyata kita yang harus pergi lebih dahulu, mereka bisa dirawat oleh siapa saja. Perlahan, apalagi jika usianya masih sangat kecil, mereka mungkin sanggup menghapus bayangan ibunya. Tapi bila dibalik, Ibu mana yang sanggup membayangkan ketiadaan anak- anaknya? Sejak dua buah garis muncul di selembar testpack saja, kebahagiaan seorang (calon) Ibu sudah sedemikian membuncah-buncah. Lagi-lagi kita terkecoh. Anak-anak tak pernah meminta dilahirkan. Justru kehadirannya yang memberikan banyak sekali hal yang sebagian besarnya berlabel “kebahagiaan. ”Waktu kecil mungkin mereka akan terlihat bagai monster mini. Apa-apa minta ditemani. Apa-apa harus diajari. Makannya pun mesti dijaga. Seperti saya, berjalan kaki ke mana-mana makin terasa repot karena ada mereka dalam stroller. Tapi saya ingat lagi cerita Ibu. Waktu Bapak sudah tidak ada, Ibu kerepotan mencari teman untuk dibawa ke undangan karena waktunya sebagian besar di malam hari. Waktu masih kecil- kecil, semuanya heboh minta ikut. Begitu sudah ABG, sudah punya kesibukan sendiri. Waktu masuk TK sudahada yang tidak mau tangannya digandeng. Malu pada guru dan teman-temannya. Yang tadinya tak bisa tidur kalau tidak dipeluk sama Mama. Ke sekolah pun sudah minta jalan sendiri. Tak senang lagi bila kepalanya diusap-usap, apalagi dipeluk dan dicium.

Ibu-ibu yang kerepotan dengan balita, bersabarlah. Sebuah puisi kecil ini (disalin dari sebuah gambar via internet) mungkin bisa menjadi bahan renungan: I won’t always cry ‘mommy’ when you leave the room, and my supermarket tantrums will end too soon. I won’t always wake, daddy, for cuddles through the night, and one day you’ll miss having a chocolate face to wipe. You won’t always wake to find my foot kicking you out of bed, Or find me side ways on your pillow where you want tolay your head .You won’t always have to carry me in a sleep from the car, Or piggyback me down the road when my legs can’t walk that far. so cherish every cuddle, remember the mall. Because one day, mommy, I won’t be this small.:)

Semoga Bermanfaat !! :)

#DN_

Sabtu, 07 Desember 2013

Psikoinfo DECEMBER

- Ikuti apa kata hati, tetapi ingat untuk selalu berdoa, agar hati yg kita ikuti adalah hati yg telah dibimbing oleh Tuhan kita.
- Mendengar musik favorit Anda dapat membantu mencairkan suasana hati yang buruk. [Jurnal Nature Neuroscience]
- Akan selalu ada satu lagu yang mengingatkan Anda tentang kenangan yang pernah Anda miliki dengan seseorang.
- 83 persen karyawan/wati mengatakan, pengakuan dan pujian atas pekerjaan lebih menyenangkan daripada hadiah.
- Psikologi mengatakan bahwa jika Anda mencoba meyakinkan diri sendiri Anda tidak peduli dengan seseorang, sebenarnya Anda peduli
- Biasanya ucapan orang saat tengah malam sebelum tidur adalah ucapan paling jujur.
- Cotard's Syndrome adalah keadaan gangguan jiwa dimana si penderita mempercayai bahwa dia sudah mati
- Terlalu sering posting foto narsis diri sendiri, cenderung bisa bikin hubungan Anda sama pacar cepat putus dan sering bertengkar.
- Orang yang pandai merayu, nada bicara lembut, selalu mendesak Anda untuk membuat keputusan biasanya cenderung menipu.
- Menurut studi, orang yang suka begadang memiliki mood tidak stabil seperti mudah marah atau mudah menangis
- Mata akan tampak turun ketika sedih, terbuka lebar ketika takut, terlihat tidak fokus ketika sedang berkhayal.
- Kemarin gelap, mungkin hari ini mendung, tetapi di balik awan, matahari tidak pernah berhenti bersinar

#DN_


***

- Orang yang sedang gembira dapat dilihat dari pipi yang terangkat dan menggembung, sehingga membuat mata tampak menyipit
- Orang yang mengetuk-ngetukan jari ke meja, biasanya dia sedang bosan atau jenuh dengan keadaan.
- tertawa bersama-sama dapat meningkatkan rasa keterikatan satu sama lain antara sahabat atau teman.
- Terlalu banyak memencet tombol di ponsel dan keyboard komputer untuk mengetik dapat menghilangkan keindahan tulisan kita. [TheGuardian]
- Alekthophilia adalah sebutan untuk seseorang yang memiliki kecintaan pada ayam
- Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa para wanita secara genetik memang diprogram untuk bersikap mudah marah dan agresif.
- Spotlight Effect adalah ketika Anda merasa seseorang sedang memerhatikan Anda.
- Melihat matahari terbit atau terbenam sedikitnya 2-3 kali dalam seminggu bisa mengurangi rasa depresi & harapan hidup lebih lama.

#DN_


***
- Melihat sesuatu yg baik terjadi pada orang yg kita benci akan memicu reaksi di otak yg menyebabkan perasaan sakit secara fisik.
-Hubungan yg buruk akan membuatmu lebih kesepian dibanding masih sendiri.
-Sebuah penelitian menemukan orang yg suka bermain video games lebih jarang bermimpi buruk.
-Takut kehilangan dia, akan membuatmu menjaganya. Tapi kalau kamu terlalu takut kehilangan dia, kamu akan kehilangan dirimu sendiri.
-Pemberin dosis kecil parasetamol dapat membantu meringankan rasa sakit akibat patah hati.
-Saat kamu memaafkan, kamu memulihkan hati dua orang sekaligus. Hati dia yg berbuat salah dan hatimu yg ikhlas menerima.

#i2f
 


**
PSIKOINFO #54

- Ingin tahu bagaimana suasana hati seseorang yang sebenarnya? Amati saja playlist lagunya saat ini.
- Makin kreatif dan cerdas seseorang, makin sering pula ia bicara pada diri sendiri.
- Biasanya jika seseorang sedang bersedih, kinerjanya akan menurun, tetapi kreatifitas dan memorinya akan lebih tajam.
- Kadang kadang kita senyum bukan sebab kita gembira atau suka, tetapi kita senyum sebab tidak mau orang lain tahu masalah yang kita rasa. Sepotong Huruf
- "Pagophagia" adalah sebutan bagi keinginan yang sangat kuat untuk mengunyah es batu.
- Menghela nafas di tengah berlangsungnya pembicaraan bisa diartikan bahwa dia bosan dengan topik pembicaraan.
- Seseorang bisa benar-benar sakit hanya karena memikirkan dirinya sedang sakit, hal tersebut dikenal sebagai 'Nocebo Effect'.
- Menyanyi meningkatkan kadar hormon oxytocin yang membuat kita merasa nyaman karena mengandung efek penghilang rasa sakit.
- Wanita lebih lemah secara fisik dibandingkan pria. Namun wanita tidak pernah lelah saat berbelanja.
- Perhatikan bagaimana seseorang bercerita tentang orang lain. Mungkin itu juga cara dia mengatakan diri Anda kepada orang lain.
- Perselingkuhan terjadi dikarenakan luapan kekecewaan terhadap pasangan dan tidak terpenuhinya harapan. [Whitehead, Psikolog AS]
- Salah satu ciri orang yang mudah dibohongi dan dikasih janji palsu yaitu suka percaya ramalan zodiak.
- Ketika orang mengatakan 'aku tidak tau', bisa saja itu adalah reaksi spontan karena otaknya sedang malas untuk berpikir.
- Hidup layaknya sebuah drama, kau bisa memilih untuk menjadi pemain atau menjadi penonton.

#DN_
 


**

-Banyak bekerja sama bisa membuat otak seseorang lebih cerdas. (study di university of Edinburgh)
-Kesepian melemahkan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan memiliki teman secara signifikan dapat meningkatkan kekebalan 60%.
-Ketika sedang jatuh cinta otak akan memproduksi dopamin ekstra; bahan kimia yg membuat seseorang menjadi gembira berlebihan.
-Terkadang kita perlu kehilangan untuk kembali mengerti apa makna dari menemukan.
-Wanita yg sedang stress selama kehamilannya cenderung melahirkan anak-anak yg pemarah (institut of psychiatry, king college london).
-Jangan merendahkan diri untuk mendapatkan sesuatu tapi rendahkanlah hatimu dengan membagi sesuatu.

#i2f
 


**

PSIKOINFO #56



-        -  Jangan berjanji bahwa kamu selalu bisa mengatasi masalah sahabatmu, berjanjilah bahwa dia tak akan menghadapinya sendirian.
-         - Sindrom Munchausen adalah gangguan mental yang melebih-lebihkan suatu penyakit palsu untuk mendapatkan perhatian dan simpati.
-          -False Awakening adalah keadaan dimana kita bermimpi bahwa kita sudah bangun, padahal masih tidur.
-          -Orang yang tertarik dengan lawan bicaranya, tanpa sadar akan meniru gaya bahasa bahkan aksen-aksen uniknya. [University of California]
-          -Cegukan dapat dihilangkan dengan mencubit kulit diatas otot deltoid (pundak) untuk merangsang syaraf frenikus.
-          -Jatuh cinta menyebabkan tubuh Anda menyetimulasi Norepine, zat ini akan menekan nafsu makan Anda.
-          -Jatuh cinta bisa membuat tubuh menghasilkan sebuah hormon anti-penuaan yang meningkatkan peremajaan kulit dan sel-sel tubuh.
-         - Jatuh cinta akan membuat otak menghasilkan banyak dopamin, hormon bahagia yang membuat merasa senang, tenang, dan optimis.
-          -Menurut psikologi, kita tidak mungkin marah lebih lama kepada seseorang yang selalu berhasil membuat kita tertawa atau tersenyum.
-          -Membaca buku lebih manjur (68%) redakan stres daripada mendengarkan musik (61%). [Studi Psikolog Syaraf Kognitif David Lewis]
-          -Jangan pernah merasa mulia dg cara merendahkan orang lain. Jangan pernah merasa paling benar dg cara menyalahkan orang lain.
 
 

 #DN_

Kamis, 21 November 2013

SAHABAT

Ada ungkapan: “Perlu 1 menit untuk membenci seseorang. Perlu 1 detik untuk menyakiti seseorang. Tapi, perlu seumur hidup untuk mencari seorang teman sejati!” Bagaimana pendapat Anda?

Seorang netter pernah menulis dalam postingannya tentang persahabatan : “Berapa lama kita akan berteman? Coba pikirkan! Selama bintang bersinar di langit? Sampai lautan kehabisan air? Atau hingga akhir usia? Aku tidak berharap untuk menjadi orang yang paling penting dalam hidup temanku. Aku cuma berharap..suatu hari nanti, kalau temanku ini mendengar namaku, ia akan tersenyum dan bilang, ‘Dia itu sahabat baikku!’”

"Sekecil apapun usaha lo, pasti bakalan ada perubahan yang berarti."

Seseorang pernah bilang : "Sekecil apapun usaha lo, pasti bakalan ada perubahan yang berarti."

Sederhana, dan kalimat itulah yg selalu mendorong sy untuk terus maju.
Sering kita dihadapkan pada tumpukan pekerjaan, tugas2 dari atasan, terhimpit masalah, yg kadang membuat hari-hari menjadi bosan. Ada yg memilih menyelesaikan dg mengejar waktu, mengerjakan seadanya, bahkan tidak memperdulikan sama sekali.

Ketika anda memutuskan untuk berhenti, itu artinya usaha anda hanya sampai disitu.
Kabar baiknya, sekecil apapun usaha kita pasti selalu ada perubahan yg berarti. Terlebih jika usaha kita maksimal.
Memang benar : "Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya." (Qs. Al-zalzalah:7)