Kamis, 12 Desember 2013

Ibu adalah malaikat untuk anak-anaknya. Betulkah?

Di sebuah seminar parenting yang pernah saya hadiri (pesertanya sebagian besar ibu-ibu), fasilitator bertanya kepada kami, “Ibu-ibu, anak itu banyak meminta atau banyak memberi?” Tanpa dikomando, jawaban kompak kami bergema di seluruh ruangan, “Meminta…” Tiga kali fasilitator bertanya dan kami tetap bersikeras pada jawaban kami, anak-anak lebih banyak meminta. Kami diminta mengeluarkan hp, masuk kefolder foto, memilih foto anak kami, dan memandanginya lama-lama. Sejenak, seisi ruangan hening.

Fasilitator mulai bersuara lagi, “Bayangkan kalau wajah yang Anda pandangi di foto itu sedang sakit. Sakitnya parah. Sampai Anda harus melarikannya kerumah sakit. Ternyata, takdir tak berpihak pada kita. Anak anda dinyatakan…”Belum selesai ucapannya, suasana hening buyar dengan tangisan Ibu-ibu peserta tadi. Ah, kita semua terkecoh. Bukan kita malaikatnya. Merekalah malaikat-malaikat kecil yang dihadirkan di dunia untuk membawa kebahagiaan untuk orang-orang di sekitarnya. Jangankan membayangkan bila Tuhan mengambil kembali titipan terindahnya ini, melihat mereka sakit saja, nyawa rasanya sudah hilang separuh. Kalaupun ternyata kita yang harus pergi lebih dahulu, mereka bisa dirawat oleh siapa saja. Perlahan, apalagi jika usianya masih sangat kecil, mereka mungkin sanggup menghapus bayangan ibunya. Tapi bila dibalik, Ibu mana yang sanggup membayangkan ketiadaan anak- anaknya? Sejak dua buah garis muncul di selembar testpack saja, kebahagiaan seorang (calon) Ibu sudah sedemikian membuncah-buncah. Lagi-lagi kita terkecoh. Anak-anak tak pernah meminta dilahirkan. Justru kehadirannya yang memberikan banyak sekali hal yang sebagian besarnya berlabel “kebahagiaan. ”Waktu kecil mungkin mereka akan terlihat bagai monster mini. Apa-apa minta ditemani. Apa-apa harus diajari. Makannya pun mesti dijaga. Seperti saya, berjalan kaki ke mana-mana makin terasa repot karena ada mereka dalam stroller. Tapi saya ingat lagi cerita Ibu. Waktu Bapak sudah tidak ada, Ibu kerepotan mencari teman untuk dibawa ke undangan karena waktunya sebagian besar di malam hari. Waktu masih kecil- kecil, semuanya heboh minta ikut. Begitu sudah ABG, sudah punya kesibukan sendiri. Waktu masuk TK sudahada yang tidak mau tangannya digandeng. Malu pada guru dan teman-temannya. Yang tadinya tak bisa tidur kalau tidak dipeluk sama Mama. Ke sekolah pun sudah minta jalan sendiri. Tak senang lagi bila kepalanya diusap-usap, apalagi dipeluk dan dicium.

Ibu-ibu yang kerepotan dengan balita, bersabarlah. Sebuah puisi kecil ini (disalin dari sebuah gambar via internet) mungkin bisa menjadi bahan renungan: I won’t always cry ‘mommy’ when you leave the room, and my supermarket tantrums will end too soon. I won’t always wake, daddy, for cuddles through the night, and one day you’ll miss having a chocolate face to wipe. You won’t always wake to find my foot kicking you out of bed, Or find me side ways on your pillow where you want tolay your head .You won’t always have to carry me in a sleep from the car, Or piggyback me down the road when my legs can’t walk that far. so cherish every cuddle, remember the mall. Because one day, mommy, I won’t be this small.:)

Semoga Bermanfaat !! :)

#DN_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar