Kamis, 12 Desember 2013

REFRAMING (KBP - Reframing)

Apa sih “reframing” itu?

reframing itu mengganti label–menukar perspektif kita saat melihat perilaku/kejadian. Artinya, saat kita mendapati perilaku/kejadian yang membuat kita tidak berdaya, maka tugas kita adalah me-re-frame perilaku/kejadian tersebut sehingga kita menjadi berdaya. Didasarkan pada asumsi bahwa di balik setiap perilaku/kejadian terkandung maksud positif, reframing mengajak kita untuk keluar dari kerangka berpikir ‘masalah’ dan melompat ke dalam kerangka berpikir ‘solusi’ atau ‘tujuan/outcome’.

Nah, selaku orang linguistik, reframing ini tentu bukan merupakan hal yang baru lagi karena reframing merupakan salah satu teknik dalam NLP. Ada cukup banyak teknik reframing yang ditemukan oleh para pakar NLP, diantaranya adalah Sleight of Mouth Pattern atau Mind-Lines Pattern dalam Neuro-Semantic. Namun demikian, pada tulisan ini saya hanya akan membahas dua jenis reframing yang konon katanya paling dasar dan cukup ampuh untuk menjadikan kita senantiasa berada dalam kondisi positif, yakni context dan content reframing.

1. Context Reframing
Context reframing adalah membingkai kembali sebuah pengalaman akan perilaku/kejadian dengan mengubah konteksnya sehingga menimbulkan makna baru yang positif. Misalnya: “Ponakanku setiap hari main sepeda terus”. Context reframing-nya, “Bagus dong, berarti kalau ada lomba balap sepeda kemungkinan besar bakal menang”.

2. Content Reframing
Content (meaning) reframing adalah membingkai kembali isi dari sebuah pengalaman atas suatu perilaku/kejadian. Contohnya, “Saya paling tidak suka kerja kelompok dengan si A karena sulit diajak kerja cepat. Tidak sabar jadinya. Kemudian,content reframing-nya menjadi “bukankah itu artinya dia mengerjakan dengan hati-hati?!”

Oleh karena itu, saya mencoba me-re-frame pikiran saya yaitu “saya gagal” menjadi “saya tidak gagal, tetapi sedang dalam proses menuju kesuksesan”.
Seperti ngendikane Pak BJ Habibie, “pengalaman itu tidak bisa dipelajari tetapi harus dilalui”. Seperti kata eldest sista, “tidak ada pelaut ulung yang lahir dari laut yang damai”. Seperti yang telah ditulis Kartini dalam suratnya, “Habis malam terbitlah terang, habis badai datanglah damai, habis juang sampailah menang, habis duka tibalah suka…Tiada terang yang tiada didahului oleh gelap..mengendalikan diri adalah kemenangan jiwa atas tubuh kita, kesunyian adalah jalan ke arah pemikiran.” :)


Note reframing KBP :
https://www.facebook.com/notes/kita-belajar-psikologi/psikologi-reframing-kisah-karpet/360580867387956


#DN_ | @DeNudi_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar