(8 tehnik Mengatasi Anak Penakut)
Anak yang penakut juga cenderung menjadi tidak mandiri. Hal ini karena
anak merasa tidak aman dan membutuhkan kehadiran orang lain di dekatnya,
terutama orangtuanya, untuk memberinya rasa aman.
Penyebab anak menjadi penakut antara lain sebagai berikut.
1.Sering mendengarkan kisah atau dongeng yang menakutkan, misalnya tentang setan, jin, atau hantu.
2.Sering ditakut-takuti. Misalnya, ketika anak sulit tidur, ibunya
menakut-nakutinya dengan mengatakan bahwa di luar sana sudah gelap dan
di dalam gelap ada makhluk menyeramkan yang akan memangsa anak yang
tidak mau tidur. Atau, ketika anak rewel, untuk mendiamkan anak, ibu
mengancam akan membawa anak ke dokter biar disuntik.
3.Meniru sifat orangtuanya yang juga penakut.
4.Trauma akan sebuah kejadian di masa lalu. Misalnya, anak pernah jatuh
saat memanjat pohon atau naik sepeda. Hal ini akan membuat anak selalu
merasa ketakutan. Dia selalu menolak jika diminta untuk memanjat pohon
atau naik sepeda.
5.Pola asuh atau perlakuan tidak menyenangkan
dari orangtua. Misalnya, orangtua sering menghukum anak secara fisik,
memberikan sanksi yang berat, marah dengan kata-kata yang menyakitkan,
atau sering mengancam anak.
Rasa takut sebenarnya merupakan hal
yang normal. Rasa takut berguna membuat orang menjadi waspada dan
berusaha melindungi diri dari hal-hal yang membahayakan dirinya. Hanya
saja, ketakutan yang berlebihan tentu berbeda masalahnya.
Ketakutan yang berlebihan, di samping akan menghambat proses
perkembangan anak, juga berpontensi membuat anak tumbuh menjadi pribadi
yang selalu cemas, labil, lemah, dan tidak berani mencoba, Padahal,
keberanian sangat diperlukan untuk sukses menjalani kehidupan yang penuh
tantangan dan masalah ini. Oleh karena itu, anak penakut harus
mendapatkan bantuan untuk melawan ketakutan-ketakutan berlebihan yang
mengganggu jiwanya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak penakut:
1.Berhenti memberi anak dongeng atau cerita-cerita yang menakutkan.
Gantilah dengan dongeng atau cerita yang menginspirasi, menyemangati,
dan menggembirakan.
2.Memberikan anak contoh bahwa orangtuanya
bukanlah pribadi yang penakut. Kalaupun orangtua merasakan takut pada
sesuatu, usahakan untuk menutupinya sehingga anak tidak mengetahui dan
tidak tertular rasa takut tersebut. Katakan kepada anak bahwa takut
merupakan sifat dasar manusia, tetapi tidak boleh berlebihan sehingga
terlalu banyak hal yang ditakuti, padahal sebenarnya hal-hal tersebut
tidak menakutkan atau tidak membahayakan.
3.Mengajak anak untuk
menghadapi ketakutannya. Misalnya, ajaklah anak ke tempat gelap, bak
mandi, memegang kupu-kupu, dan sebagainya, bergantung sumber dari rasa
takut yang dirasakannya. Yakinkan anak bahwa hal-hal yang ditakutkannya
tersebut lama sekali tidak menakutkan dan tidak membahayakan. Namun,
jika penyebab takutnya memang bersifat membahayakan, ajarkan anak
cara-cara aman untuk menghadapinya.
4.Jika penyebab ketakutan
anak adalah trauma atas suatu kejadian di masa lalu, mintalah bantuan
psikolog untuk menanganinya. Mintalah saran mengenai terapi yang tepat
dan efektif untuk mengatasi ketakutan anak.
5.Memberikan rasa aman dan nyaman pada anak. Yakinkan anak bahwa semua pasti baik-baik saja. la dalam keadaan aman.
6.Memastikan pola asuh yang diterapkan orangtua tidak membuat anak
merasakan ketakutan yang berkepanjangan. Jika ada pola asuh yang dirasa
salah sebelumnya, segera koreksi dan perbaikilah.
7.Memberi pujian ketika anak menunjukkan perubahan perilaku yang menjadi lebih berani dibandingkan biasanya.
8.Memberi anak pengertian bahwa keberanian sangat dibutuhkan untuk keberhasilan masa depannya dan menguatkan pribadinya.
#DN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar